BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Dengan adanya pendidikan bangsa indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu bentuk keterpurukan, seperti sekarang ini. Untuk itu pemerintah harus lebih berkosentrasi terhadap pendidikan di indonesia dan juga harus membuat suatu kebijakan yang mengarahkan pada perkembangan pendidikan di indonesia.
Pendidikan merupakan cara yang srategis untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan kebijakan yang berkelanjutan khususnya dalam dunia pendidikan di indonesia, bukan mustahil pendidikan di indonesia akan menciptakan SDM yang berwawasan luas dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan membawa pada kemajuan bangsa terutama dalam menjadikan masyarakat madani. Sehingga dengan adanya pendidikan yang bermutu maka semua hal yang berhubungan dengan masalah pendidikan akan cepat terselesaikan. Salah satu Pendidikan yang mengarahkan pada perkembangan perkembangan keseluruhan aspek manusia adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik secara jasmani dan rohani. Sehingga pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis ,terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Badan Standart Nasional Pendidikan (2006:729) menyatakan bahwa:
Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pada hakekatnya pendidikan jasmani tidak hanya untuk mengembangkan badan tetapi juga untuk mengajarkan perilaku sosial, kebudayaan, dan menghargai etika serta mengembangkan kesehatan mental – emosional ( adisasmita, 1989:2 ) selain itu adisasmita juga berpendapat bahwa kegiatan jasmani tertentu yang dipilih dapat membentuk sikap / membentuk karakter yang berguna bagi pelakunya.
Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada lingkungan yang lebih banyak dari pihak lain seperti keluarga, sekolah, serta lingkungan. Untuk pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah , tentu pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang tinggi. Dalam hal ini guru pendidikan jasmani harus mempunyai inovasi – inovasi untuk melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan mengembangkan bakat dan minat siswa pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler. Menurut ahmadi ( 1984:105) kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan – kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub – klub, misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain- lain. Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai berbagai mata pelajaran, meyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya ( sahertian,1978:83 ). Jadi sekolah merupakan tempat dimana siswa dapat mengembangkan bakat dan minatnya kegiatan ektrakulikuler.
Di MAN tlogo Blitar salah satu sekolah lanjutan akhir di blitar dengan jumlah siswa 850 siswa juga melaksanakan kegiatan ektrakulikuler. Man Tlogo blitar merupakan sekolah madrasah aliyah negeri di blitar yang menjadi salah satu sekolah favorit dengan keuggulan dalam ilmu agama dan umum. Akan tetapi tidak hanya ekstrakulikuler yang bergerak dalam bidang akademik saja yang banyak diminati oleh siswa , mereka juga sangat berantusias dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang bergerak dalam bidang olahraga. Kegiatan ektrakulikuler olahraga diadakan oleh pihak sekolah bertujuan selain untuk menunjang proses belajar – mengajar khususnya pendidikan jasmani untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan ekstrakulikuler di Man Tlogo Blitar terdiri dari berbagai banyak cabang olahraga, diantaranya Badminton, sepak Bola, Tenis Meja, bola voli, dan futsal. Dari kelima ektrakulikuler tersebut siswa bisa memiliki ekstrakulikuler yang diinginkan sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
Data peserta ekstrakulikuler olahraga di Man Tlogo Blitar sebagaimana ditunjukan sebagai berikut:
No | Cabang Olahraga | Jumlah Peserta | |
1. | Badminton | 25 | |
2. | Sepak Bola | 22 | |
3. | Bola Voly | 27 | |
4. | Futsal | 23 | |
5. | Tenis Meja | 24 |
( Sumber : Koordinator ekstrakulikuler di Man Tlogo Blitar ).
Dari tabel diatas diketahui bahwasanya dari ke lima kegiatan ekstrakulikuler yang termasuk dalam kegiatan olahraga, cabang olahraga sepak Bola paling sedikit pesertanya dibanding dengan olahraga lain, tetapi dalam sisi prestasi cabor sepak bola masih mempunyai nama daripada ektrakulikuler yang lain. Dalam survei beberapa hari kemarin teryata Prestasi sepak bola Man Tlogo blitar cukup menjanjikan.Terhitung beberapa Prestasi telah diraih khususnya di tahun 2008 – 2010. Pada tahun 2008/2009 Tim Sepak bola Man Tlogo blitar telah mencatat prestasi menjadi juara tiga PORSENI tingkat MAN/ MA se – Kabupaten Blitar. Kemudian tahun 2009/2010 Tim Sepak Bola Tim Man Tlogo Blitar telah meraih Prestasi Juara 1 POPDA Tingkat SMA/ MAN sederajat se- Kabupaten Blitar.
Seiring perjalananya waktu Tim Manega dalam berapa bulan terakhir khususnya dari segi Prestasi agak menurun dan banyak faktor yang mempengaruhinya. kemarin saya mencatat banyak dari anggota Tim MANEGA banyak mengalami kekelahan dan keletihan sehingga para pelatih kebingungan dalam mengatasi anak buahnya. Faktanya menunjukan dengan kebugaran jasmani yang tidak bagus, dalam pertandingan Uji Coba selama3 kali berturut – turut hasilnya mengecewakan. 2 kali kalah dan 1 kali seri . Dari itu pelatih dengan peneliti pada hari sabtu tanggal 23 september menyetujui kesepakatan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani para pemain perlu adanya Tes dan pengukuran. Tes yang dipilih oleh seorang pelatih dan peneliti adalah Tes Multistage. Peserta yang mengikuti tes kebugaranjasmani pada waktu itu tercatat sebanyak 20 orang.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang saya lakukan dengan metode observasi maka dengan diadakanya tes kebugaran jasmani dengan lari multistage teryata dari 20 sampel dari para peserta ekstrakulikuler sepakbola masih dibawah standart minimal kebugaran jasmani. Di bawah ini hasil dari Tes Multistage pada ekstrakulikuler sepak bola di Man Tlogo Blitar sebagai berikut:\
Tabel Hasil Tes Lari Multitahap Siswa
No | Nama | Usia | Shutlle | Level |
1. | Denta Permana | 17 | 5 | 5 |
2. | Fuad Sholiki | 16 | 6 | 3 |
3. | Faris Fahrul Rizal | 17 | 8 | 7 |
4. | Agus Rohman | 18 | 7 | 1 |
5. | Hendro WIJAYA | 15 | 6 | 4 |
6. | Farid jalal Main | 17 | 5 | 3 |
7. | M. labib | 18 | 7 | 2 |
8. | M. fitrian Risfendi | 18 | 5 | 9 |
9. | Imam Bahroini | 16 | 4 | 3 |
10. | Kharis Khusen | 17 | 5 | 8 |
11. | Andika Wardana | 16 | 6 | 5 |
12. | Dadang Permana | 18 | 5 | 4 |
13. | Susilo Dwi P | 16 | 7 | 3 |
14. | Galang Panjalu | 15 | 6 | 6 |
15. | Budi | 17 | 5 | 7 |
16 | Zaky Fahrani | 18 | 5 | 4 |
17. | Bambang Hendro | 17 | 7 | 5 |
18 | Joko susilo | 16 | 6 | 2 |
19 | Adi wendarta | 15 | 6 | 1 |
20 | Levi setiambudi | 18 | 8 | 4 |
21 | M. Fahrudin | 17 | 9 | 2 |
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwasanya para peserta anggota ekstrakulikuler Man Tlogo Blitar khususnya sepak bola dalam hal kebugaran jasmaninya masih dalam keadaan kurang baik. Oleh karena itu maka untuk mencapai kebugaran jasmani yang bagus harus ada solusi atau sejenis jalan keluar untuk mangatasi masalah ini. Pada hari yang lalu kami telah bertanya kepada pelatih apabila anak didiknya kita beri suatu bentuk program latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik, teryata juga setuju dan pelatih akan terbantu apabila dari kami bisa membuat pengembangan program latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik guna meningkatkan VO2 para atle sepak bola MAN TLOGO Blitar.
Untuk memenuhi tuntutan daya tahan tersebut seorang para anggota Tim Manega harus mempunyai energi dalam jumlah banyak. Tuntutan energi dalam jumlah banyak itu akan diproduksi melalui sistem erobik yang memerlukan oksigen, oleh karena itu tinggi rendahnya daya tahan seorang para pemain Tim Manega tergantung dari tinggi rendahnya kapasitas oksigen maksimal atau VO2maks. Menurut Del Asri (2004:4) besaran energi yang dapat tersedia per satu satuan waktu melalui proses erobik dapat ditentukan oleh volume oksigen yang dapat diangkut dengan maksimal oleh darah dari paru-paru seseorang. Pada orang normal (bukan atlet) nilai tingkat VO2 maks yang baik untuk wanita adalah diatas 40 ml/kg/menit dan untuk pria diatas 45 ml/kg/menit (Howley dan Frank, 1997:211).
Tinggi rendahnya VO2 maks para pemain Tim Manega sangat berpengaruh pada kondisi fisik atau kesegaran jasmani anggota Tim. Menurut Wagner (2008) tinggi rendahnya VO2 maks seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis latihan, keturunan, pengaruh keadaan, komposisi badan, jenis kelamin, dan umur. Fox (dalam Umar, 2001:59) menyatakan
Seseorang yang memiliki VO2 maks yang tinggi tidak saja mampu melakukan aktivitas daya tahan dengan baik tetapi lebih dari itu, mereka akan mampu melakukan recovery (pemulihan asal) kondisi fisiknya lebih cepat dibandingkan dengan orang yang memiliki VO2 maks yang rendah. Sehingga kemampuan mereka untuk untuk melakukan aktivitas berikutnya bisa lebih cepat dan mampu bertahan dalam jumlah waktu yang lama. Tinggi rendahnya VO2 maks seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu dari faktor tersebut adalah organ tubuh yang pada dasarnya organ-organ tubuh tersebut sangat menunjang terhadap tingkat VO2 maks. Organ-organ tersebut seperti; paru yang berfungsi untuk memasukkan oksigen dari luar kedalam tubuh, kualitas darah (hemogoblin) yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan membawanya ke seluruh jaringan, jantung yang berfungsi memompa darah, dan sistem sirkulasi (pembuluh darah) yang berfungsi tempat jalannya darah serta jaringan tubuh yang akan mempergunakan oksigen untuk proses oksidasi sehingga menghasilkan energi.
Bagi para pemain Tim Manega semakin baik kualitas faktor-faktor tersebut maka semakin baik dan tinggi pula tingkat VO2 maks seorang pemain, sehingga tingkat daya tahannya juga baik yang pada akhirnya bagi TIM Manega memiliki tingkat kesehatan dan kesegaran jasmani yang tinggi pula . sehingga apabila tingkat kesegaran Jasmani para pemain Tim Manega bagus maka prestasi juga akan dapat meningkat dan lebih bagus lagi. Sebaliknya jika Para pemain Tim Manega mempunyai daya tahan yang rendah, maka mereka akan cepat mengalami kelelahan yang mengakibatkan emosi yang tidak stabil, mudah terombang-ambing dalam situasi atau suasana, kurang kosentrasi dan tidak fokus dalam pertandingan sehingga para pemain tim manega dalam segi prestasi akan menurun.
Untuk meningkatkan VO2 maks latihan fisik harus dilakukan, peningkatan VO2maks sebaiknya dengan cara program latihan erobik karena dengan latihan erobik sudah ada pembebanan yang meningkatkan jantung maupun paru. Sedangkan untuk meningkatkan VO2 maks yang dilakukan dengan Program latihan anerobik, secara langsung dapat diberikan beban maksimum pada sistem jantung dan paru. Prestasi tinggi Tim manega dalam tingkat kabupaten hanya dicapai dengan menjalani latihan yang sistematik dan teratur, dengan latihan yang sistematik dan teratur maka kapasitas oksigen maksimal dapat meningkat sampai 20%.
Dari keterangan diatas maka untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi Tim Manega dalam ekstrakulikuler di Man Tlogo harus adanya Program latihan kebugaran jasmani berupa program latihan fisik khususnya dalam hal meningkatkan daya tahan jantung dan paru – paru (VO2) dengan cara latihan aerobik dan anaerobik.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti sangat tertarik untuk membuat jenis Pengembangan Program Latihan Kebugaran Jasmani berupa latihan fisik untuk meningkatkan V02 pada ektrakulikuler sepak bola di Man Tlogo Blitar.
- B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas , rumusan masalah yang diangkat adalah belum adanya program latihan berkenaan kebugaran jasmani bagi Ektrakulikuler Di Man Tlogo Blitar. Oleh karena itu untuk meningkatkan kebugaran fisik dan daya tahan V02 pada para peserta Ekstrakulikuler Sepak Bola Di Man Tlogo Blitar maka diterapkanya Program Latihan kebugaran Jasmani peserta Ekstrakulikiler di Man Tlogo blitar.
Untuk itulah peneliti akan membuat Program latihan kebugaran jasmani di Ektrakulikuler Sepak Bola di Man Tlogo Blitar .
- C. Tujuan Penelitian
Mengacu permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah pembuatan program latihan kebugaran jasmani untuk sepak bola sehingga paserta ektrakulikuler dapat meningkatkan kebugaran jasmani dalam melakukan permainan sepak bola yang bagus dan juga demi untuk mencapai prestasi yang bagus.
- D. Spesifikasi Produk Yang diharapkan
Untuk memecahkan masalah diatas, maka peneliti akan menerapkan Program latihan kebugaran jasmani dalam permainan Sepak Bola di MAN Tlogo Blitar.Produk yang dihasilkan adalah Program Latihan Kebugaran Jasmani.di dalam akan memmuat berbagai variasi latihan kebugaran jasmani. Produk ini disusun untuk peserta ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Blitar.
Adapun Spesifikasi Penerapan program Latihan untuk Peserta Ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo blitar adalah sebagai berikut:
- Tahap Pendahuluan
- Tahap Pendahuluan
1) Aktivitas yang digunakan berupa Gerak Stretching sistematis mulai dari kepala sampai kaki.
2) Aktivitas kalestenik dengan berbagai variasi gerak sistematis dari kepala sampai kaki.
3) Aktivitas pemanasa sebelum latihan inti.
- Tahap Inti
Pada tahap inti terdiri berbagai bentuk variasi latihan program jasmani yang akan diuraikan sebagai berikut:
1) 1. E. Bentuk-bentuk Latihan Kondisi Fisik
Ada berbagai bentuk latihan kondisi fisik antara lain :
1. Fartlek
Fartlek adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan lari jarak jauh seperti halnya pada cross country. Bentuk latihan in iberasal dari Swedia yang berarti “spee play” atau bermain-main dengan kecepatan, waktu, latihan tidak dibatasi tetapi atlit bebas melakukan latihan ini dengan berbagai variasi bentuk lari sesuai dengan medianya. Sebaiknya untuk latihan fartlek ini dipilihnya latihan (medan) yang mempunyai pemandangan indah sedikit rintan gn dengan lintasan yang berbeda-beda : lumpur-keras-terjal-turun-pasir-rumput-salju atau lainnya.
Pemandangan yang indah akan menyebabkan atlit lupa akan kelelahan sehingga dengan bebas melakukan latihannya. Coch ataupun atlitnya sendiri dapat menentukan bentuk larinya maupun lamanya latihan.
Kecepatan bentuk lari dapat diatur dengan berbagai variasi, misalnya (costa holmen) :
2) 1. Mulai dengan lari lambat 5-10 menit.
2. Kecpatan yang konstan dan cukup tinggi.
3. Jalan cepat (istirahat aktif).
4. Lari lambat-lambat diselingi lari yang makin lama makin cepat (win sprin).
5. Lari lambat-lambat diselingi 3-4 langkah mendadak cepat.
6. Naik bukit dengan kecepatan tinggi.
7. Lari dengan tempo yang cepat (pace) selama 1 menit
2. Kecpatan yang konstan dan cukup tinggi.
3. Jalan cepat (istirahat aktif).
4. Lari lambat-lambat diselingi lari yang makin lama makin cepat (win sprin).
5. Lari lambat-lambat diselingi 3-4 langkah mendadak cepat.
6. Naik bukit dengan kecepatan tinggi.
7. Lari dengan tempo yang cepat (pace) selama 1 menit
Tujuan latihan sama dengan cross country terutama untuk daya tahan atau stamina. Bentuk latihan in baik sekali dilakukan pada periode persiapan atau bahkan pada periode latihan
1. Internal Trainning
Pada khir0akhir ini sistem latihan interfasi mulai digunakan untuk semua cabang olah raga : atletik, balap sepeda, mendayung, dan macam-macam permainan.
Interval trainning merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu (intervasi). Bentuk latihan in pada mulanya ditemukan oleh seorang dokter yang juga coach atletik dari Jerman : dr. Woldemar Cersshler.
3) Interval trainning merupakan penyempurnaan dari fartlek dengan memebrikan koreksi secara teliti dalam : menentukan jarak, istirahat, banyaknya ulangan (repetation) dan waktu latihan. Latihan interval juga menggunakan prinsip penambahan beban latihan.
Contoh :
1. Jarak lari ditentukan: 1600 m (4 kali keliling lintasan lari.
2. b. Ulangan (repetition) : 4 kali, berarti 4 X 400m.
3. c. Waktu untuk menempuh jarak (400 m): 90 detik.
4. d. Waktu istirahat (recovery interval): 120 detik.
2. b. Ulangan (repetition) : 4 kali, berarti 4 X 400m.
3. c. Waktu untuk menempuh jarak (400 m): 90 detik.
4. d. Waktu istirahat (recovery interval): 120 detik.
Untuk lari pertama latihan boleh digunakan ulangan 2-3 kali terlebih dahulu, kemudian untuk seterusnya 4 kali ulangan. Atlit diharuskan menempuh jarak 400 m dengan waktu 90 detik, kemudian jalan selama 120 detik, baru kemudian lari untuk putaran kedua, istirahat lagi dan seterusnya sampai selesai 4 x 400 m lari. Demikianlah untuk seterusnya latihan dilakukan akan tetapi waktu istirahat makin lama makin di kurangi dari 120 detik menjadi 90 – 60 – 50 detikdan setrerusnya sampai tujuan akhir tercapai yaitu lari 4 x 400 m tanpa istirahat = 1600 m.
Untuk memper berat latihan disamping pengurangan waktu istirahat dapat pula dengan meningkatkan bentuk istirahat dari jalan, jalan cepat atau lari-lari kecil. Cara meningkatkan beban dapat pula dengan memperberat salah satu dari faktor – faktor di atas dikombinasikan, misalnya:
1. Jaraknya yang ditambah.
2. Ulangan yang diperbanyak.
3. Waktu dipercepat.
2. Ulangan yang diperbanyak.
3. Waktu dipercepat.
3. Tahap Penutup
Pada tahap penutup diberikan evaluasi dari proses program latihan yang telah dilaksanakan dan melakukan pendinginan, Streching individu dan berpasangan.
Pembuatan intrumen evaluasi untuk siswa yang mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Blitar Kabupaten Blitar. Lembar intrumen evaluasi ini berisi tentang butir – butir pertayaan tentang Program latihan kebugaran jasmani.
- E. Pentingnya Pengembangan
Pengembangan ini adalah untuk memperoleh pengalaman yang nyata juga mengaplikasikan teori dan praktek selama mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dalam bentuk penelitian pengembangan bentuk – bentuk program latihan kebugaran jasamani di kegiatan Ekstrakulikuler MAN Negeri Tlogo Kab Blitar.
- a. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kesegaran jasmani. Selain itu sebagai calon guru pendidikan jasmani penelitian ini dapat dijadikan bekal dalam membina kegiatan ekstrakurikuler.
b. Bagi atlet
Untuk meningkatkan kebugaran jasmani para atlet
- c. Bagi pelatih
Dapat dijadikan acuan bagi pelatih dalam peningkakatan kebugaran jasmani para atlet.
d. Bagi Universitas Negeri Malang
Hasil penelitian ini dijadikan bahan dasar kepustakaan dalam penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan kesegaran jasmani.
- F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang dijadikan landasan peneliti untuk penerapan Program Latihan kebugaran jasmani, di ekstrakukuler Sepak Bola MAN Negeri Tlogo Kab. Blitar.
a) Dengan adanya penerapan Program latihan Kebugaran Jasamani, maka siswa dapat mengerti tentang program latihan kebugaran jasmani dalam permainan sepak bola.
b) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan latihan kebugaran jasmani cukup memadai dan bervariasi.
Keterbatasan produk penerapan kebugaran jasmani di kegiatan esktrakulikuler Sepak Bola MAN Tlogo Blitar ini adalah sebagai berikut:
- Penerapan Program latihan kebugaran jasmani hanya diperuntukan untuk siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bola voli di MAN Negeri Tlogo Blitar.
- Materi program latihan kebugaran jasmani hanya terbatas pada materi kebugaran jasmani saja.
- G. Definisi Istilah
- Pengertian Kebugaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang pemain sepak bola di Man Tlogo Blitar untuk melakukan kegiatan latihan sehari-hari maupun pertandingan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas yang lainnya. (Pussegjas, 1995:3).
- Pengertian Program latihan
Latihan adalah suatu proses yang sistrematis secara berulang-ulang, secara tetap dengan selalu memberikan peningkatan beban.
Tujuan pokok dari latihan adalah prestasi maksimal di samping kesehatan serta kesegaran jasmani bagi atlet. Beban latihan atau disebut juga bahan latihan atauloading adalah suatu bentuk-bentuk latihan jasmani dan rohani atlet guna mencapai prestasi olah raga. Aerobik adalah suatu sistem altihan yang mendorong kerja jantung, darah, dan paru-paru untuk periode waktu yang cukup untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan dan keadaan tubuh.
- Pengertian Esktrakulikuler
Menurut ahmadi ( 1984:105) kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan – kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub – klub, misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain- lain. Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai berbagai mata pelajaran, meyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya ( sahertian,1978:83 ).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang diterapkan oleh sekolah dengan tujuan agar siswa MAN TLOGO Blitar dapat memperluas pengetahuan dan mengembangkan bakat dan minat di bidang yang digemari sehingga siswa memperoleh prestasi di bidangnya yaitu mahir bermain Sepak bola.
- Peserta ekstrakurikuler tenis lapangan adalah siswa yang mengikuti ekstrakukulikuler Sepak Bola di Man Tlogo Blitar di luar jam sekolah yang sudah dijadwalkan oleh sekolah dalam pengembangan bakat dan minat siswa.
- Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan (Rino, 2008:1).
- H. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari dua bagian; bagian pertama: memuat tentang kajian Analisis, bagian yang kedua memuat tentang produk yang dihasilkan dari pengambangan.
Bagian pertama memuat tentang:
1.BAB I PENDAHULUAN: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya pengembangan, asumsi dan keterbatasan pengembangan, difinisi istilah dan sistematika penulisan.
2.BAB II KAJIAN PUSTAKA:
Kesegaran Jasmani, Tujuan kesegaran jasmani, Komponen-komponen Kesegaran Jasmanai, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani, Program latihan, Prinsip Latihan, Beban Latihan , Metode Latihan Fisik , Penjelasan Tentang program latihan untuk meningkatkan VO2, Latihan kebugaran jasmani berupa latihan fisik untuk meningkatkan VO2 ,Peran Kesegaran Jasmani dalam Permainan sepak bola, Kegiatan Ekstrakulikuler, Karakteristik Sepak Bola.
3.BAB III METODE PENGEMBANGAN: taktik pengembangan, prosedur pengembangan, Uji coba produk, desain Uji coba, Subjek uji coba,Intrumen pengumpulan data, tehnik analisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- A. KESEGARAN JASMANI
Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer di kalangan masyarakat saat ini. Untuk mempertegas agar pengertian lebih sesuai dengan apa yang dimaksud, ada beberapa pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani menurut ahli faal dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular di mana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama. Sedang menurut ahli-ahli pendidikan jasmani kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukam sesuatu kerja tertentu dengan hasil yang baik tanpa kelelahan yang berarti (Depdikbud, 1992:9).
Seseorang yang memilik kasegaran jasmani yang baik dapat diartikan cukup mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga masih memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya dan tugas-tugas mendadak lainnya. Bisa dikatakan pula bahwa tingkat kesegaran jasmani yang baik memberikan seseorang kesanggupan pada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan yang banyak.
Menurut Sajoto (1995:8-11) kondisi fisik atau kesegaran jasmani adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Disebutkan pula bahwa komponen kondisi fisik meliputi: kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan ketepatan.
Sedangkan menurut Pussegjas (1995:1) kesegaran jasmani adalah perwujudan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melakukan pekerjaan baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara perlu mendapat perhatiaan dan tanggapan yang lebih memadai.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemapuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan bidangnya tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan mendapat pemulihan yang cepat seperti pada saat belum melakukan aktivitas.
- TUJUAN KESEGARAN JASMANI
Kesegaran jasmani sangatlah penting bagi semua orang termasuk anak-anak usia sekolah.
Muhajir (dalam Sipayung, 8:2007) mengatakan bahwa “tujuan kesegaran jasmani adalah untuk meningkatkan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, komponen kondisi tubuh, ekonomi gerakan pada waktu latihan, pemulihan yang cepat dari tubuh sewaktu-waktu respon demikian diperlukan”.
Kesegaran jasmani juga diperlukan anak usia sekolah untuk dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, baik ketika berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap manusia perlu menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmaninya sendiri, agar dapat hidup sehat, terhindar dari penyakit dan selalu ceria sepanjang hidup.
- C. KOMPONEN KEBUGARA JASMANI
Pengertian kesegaran jasmani adalah pengertian yang sangat kompleks, oleh karena itu untuk mengetahui dan memahami secara mendalam perlu mempelajari komponen-komponen yang membentuk dan saling bertautan antara yang satu dengan yang lainnya. Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:24) menjelaskan bahwa komponen-komponen kesegaran jasmani adalah: a) daya tahan, b) daya tahan otot, c) daya tahan jantung, d) kelentukan, e) kecepatan, f) kelincahan, g) koordinasi, h) keseimbangan dan, i) ketepatan. Penjelasan tentang peranan masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
- 1. Kekuatan
Kekuatan atau strength, adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot dalam menjalankan aktivitas (Dwiyogo dan Sulistyorini, 1991:25). Tetapi menurut Kirkendall dkk (1980:226) kekuatan adalah kemampuan atau kekuatan otot tubuh yang bekerja mengeluarkan energi untuk mengatasi atau melawan kontraksi dari luar yang berfungsi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain atau memindahkan benda mendekati tubuh atau menjauhi tubuh.
Dari pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpilan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengatasi atau melawan beban dengan usaha yang maksimal dalam melaksanakan aktivitas tertentu.
- 2. Daya Tahan
Daya tahan otot tidak hanya dikenal pada istilah kekuatan tetapi juga kemampuan otot berkontraksi dalam beberapa waktu tanpa mengalami kelelahan. Suharno (dalam Budiwanto, 2004:35)) menjelaskan bahwa daya tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas olahraga dalam waktu yang lama.
Daya tahan atau endurance dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: daya tahan umum atau general endurance kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Daya tahan otot atau local endurance yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan/endurance merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang paling penting untuk dilatih, karena daya tahan ini secara langsung juga untuk melatih otot, kelenturan dan komponen kesegaran jasmani lainnya.
- 3. Power
Menurut Kirkendall dkk (1980:228) power adalah masa kerja dibagi dengan waktu atau lama kerja. Dijelaskan pula bahwa power dapat diperoleh dalam melakukan kegiatan tertentu.
Power menurut pendapat Gabbard dkk (dalam Budiwanto, 2004:34) adalah gabungan antara kekuatan dan daya ledak (kecepatan), kontraksi otot dengan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum. Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Kent (dalam Budiwanto, 2004:34), power adalah kemampuan untuk mengubah energi fisik ke dalam kekuatan yang sangat cepat dan tergantung pada banyaknya adenosine triphosphat (ATP) yang diproduksi setiap satuan waktu.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa power itu adalah kemampuan tubuh untuk memadukan kekuatan dan kecepatan dalam waktu yang bersamaan.
- 4. Kecepatan
Kecepatan atau speeds, adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, smashdalam bulutangkis, dan lain-lain (Dwiyogo dan Sulistyorini, 1991:29).
Kecepatan menurut Kirkendall dkk (1980:243) adalah jarak dibagi waktu; kecepatan diukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu. Menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:37) kecepatan adalah jarak tempuh per satuan waktu yang diukur dalam menit atau skala kuantitas, kecepatan adalah kemampuan melakukan gerakan dalam periode waktu yang pendek.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang pendek.
- 5. Kelincahan
Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik.
Menurut Kirkendall dkk (1980:243) kelincahan adalah kemampuan badan untuk mengubah arah tubuh atau bagian tubuh lainnya dengan sangat cepat dan efisien. Jadi kelincahan tidak hanya memerlukan suatu kecepatan saja,
akan tetapi juga memerlukan fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Untuk melatih kecepatan, dibutuhkan bentuk latihan yang sesuai dan mengharuskan orang itu untuk dapat bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan lincah. Seseorang dikatakan memiliki kelincahan cukup baik apabila mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerakan yang baik.
Sedangkan kelincahan menurut Verducci (dalam Budiwanto, 2004:39) disampaikan bahwa pembentukan kelincahan lebih sulit dari pada pembentukan yang lainnya. Kelincahan adalah hasil pembentukan dari unsur kecepatan, kekuatan dan keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi badan secara cepat dan melakukan gerakan yang lain.
- 6. Kelenturan
Daya lentur atau flexibility, adalah ukuran kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh. Bompa (dalam Budiwanto, 2004:40) menjelaskan bahwa kapasitas melakukan gerakan dengan rentangan yang luas diketahui sebagai kelenturan.
Kelenturan menurut Kirkendall dkk (1980:248) adalah kemampuan tubuh atau bagian-bagian tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan leluasa dan seimbang antara kelincahan dan respon keseimbangan. Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya gerakan bagian-bagian tubuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan adalah ukuran kemampuan seseorang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot yang elastis.
- 7. Keseimbangan
Keseimbangan menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:41) adalah kemampuan memelihara suatu yang berorientasi pada keadaan stabil dan khusus dikaitkan dengan lingkungan saat itu. Sedangkan Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) menjelaskan bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tetap stabil.
Sedangkan Kirkendall dkk (1980:257) mengemukakan bahwa keseimbangan adalah fenomena yang kompleks yang melibatkan vestibular system pada bagian dalam telinga, penglihatan mata, otak menafsirkan secara komplek, menghasilkan berbagai respon gerakan pada situasi fisik tertentu. Di bidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan oleh atlet dalam masalah keseimbangan ini baik dalam menghilangkan atau mempertahankan keseimbangan.
Dari beberapa uraian di atas, maka keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan posisi badan dalam berbagai keadaan, sehingga tidak mendapat gangguan pada keseimbangannya atau bisa juga diartikan bahwa keseimbangan adalah kemampuan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
- 8. Koordinasi
Menurut Kirkendall dkk (1980:257), koordinasi adalah kerjasama yang selaras antara sekelompok otot selama bergerak yang dilakukan dengan indikasi keterampilan yang sama. Sedangkan koordinasi menurut Kent (dalam Budiwanto, 2004:42) adalah kemampuan untuk menyatukan sistem indera, sistem syaraf dan sistem otot rangka menjadi rangkaian untuk mengatur bagian-bagian badan secara terpisah yang terlibat dalam satu pola gerak yang rumit dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal dan berhasil mencapai beberapa tujuan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi adalah kemampuan tubuh seseorang yang selaras antara sekelompok otot selama bergerak yang terlibat dalam satu pola gerak yang rumit dan mempersatukan bagian-bagian tersebut menjadi suatu gerak tunggal dan berhasil mencapai beberapa tujuan.
- 9. Ketepatan
Ketetapan atau accuracy, adalah kemampuan gerak tubuh seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenal dengan salah satu bagian tubuh.
Ketepatan menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuan. Cara mengembangkan ketepatan ialah dengan mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi yang banyak, mempercepat gerakan, dan menjauhkan atau mempersempit gerakan.
- D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI
Berikut ini adala beberpa hal yang terkait dengan kesegaran jasmani khususnya yang berhubungan dengan daya tahan kardiovaskuler. Moeloek (1984:3)menjelaskan tentang beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler antara lain adalah:
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Dari penelitian yang telah dilakukan, dibuat kesimpulan bahwa kesegaran jasmani dtentukan oleh faktor genetik yang hanya diubah dengan latihan sampai pada batas maksimal.
2. Faktor Usia
Menyatakan bahwa mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskuler meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan kemungkinan berbanding terbalik dengan usia, sehingga pada orang yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimiliki pada usia 17 tahun.
3. Faktor Jenis Kelamin
Sampai dengan usia remaja tidak terdapat perbedaan daya tahan kardiovaskuler pria dan wanita. Setelah usia tersebut nilai pada wanita lebih rendah dari pada pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maximal muscular power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru dan sebagainya.
4. Faktor Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian efek latihan aerobik selama delapan minggu setelah istirahat memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskuler 62% dari nilai akibat itirahat dan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur maka nilai peningkatan adalah 18%. Artinya bahwa aktivitas fisik yang terarah juga dapat meningkatkan kesegaran jasmani di samping terjadi penurunan berat badan.
- E. PENJELASAN TENTANG PROGRAM LATIHAN
Seorang atlit untuk mencapai prestasi yang maksimal hendaklah atlit tersebut terus berlatih dan berlatih tanpa merasa bosan, itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan dan perencanaan latihan yang baik dan tepat, yang mana semua itu terdapat dalam program latihan. Program latihan harus disusun secara teliti dan dilaksanakan secara tekun dan teratur sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Program yang demikian memungkinkan bagi seorang pelatih dapat memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada atlet guna perkembangan pengetahuan dan keterampilannya.
Menurut Suharno (1993:1) program latihan adalah suatu petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Selain itu dalam buku yang sama juga mengungkapkan program latihan adalah cara seorang pelatih untuk mempersiapkan atletnya guna menunjang program latihan yang telah direncanakan atau terprogram.
Suharno (1993:1) Program latihan dikatakan baik dan tepat apabila rencana dibuat telah mempertimbangkan faktor-faktor penentu untuk mencapai tujuan, faktor itu antara lain: bakat atau materi atlet, kemampuan atlet, umur atlet, sarana dan prasarana, dana, lingkungan atlet, tenaga pelatih, dan waktu yang tersedia.
Suharno (1993:7) menyebutkan bahwa program latihan umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Program jangka panjang (5 tahun-12 tahun) tujuan rencana jangka panjang merupakan tujuan akhir untuk cita-cita prestasi prima. (2) program jangka menengah (2 tahun-4 tahun) rencana jangka menengah merupakan pelaksanaan langsung jangka panjang, (3) program jangka pendek (1 tahun kebawah) merupakan pelaksanaan operasional rencana jangka menengah. Sasaran-sasaran latihan pun merupakan penjabaran sasaran dari program jangka menengah. Program latihan jangka pendek terdiri dari: program latihan tahunan, program latihan bulanan, program latihan mingguan, program latihan harian.
Dari pengertian dan penjelasan tentang program latihan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa program latihan adalah petunjuk atau pedoman latihan yang bertujuan untuk menentukan tujuan latihan, menentukan cara-cara yang efektif serta usaha-usaha untuk mencapai tujuan dari latihan yang dilakukan.
- F. PRINSIP LATIHAN
Harsono (1993:2) pengertian latihan atau training adalah sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari junlah beban latihannya kian bertambah. Menurut Kosasih (1984:46) latihan atau training adalah proses kerja yang harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan semakin hari bertambah. Tetapi dalam menentukan beban latihannya harus benar-benar diperhatikan.
Suharno (1993:5) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Beutelstah (1986:124) menyatakan bahwa training adalah persiapan para pemain masing-masing secara individu membimbing dan membentuk mereka sehingga dapat menampilkan prestasi tertinggi secara individual maupun regu. Sedangkan Latihan fisik adalah latihan yang betujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang paling penting bagi setiap atlet (Suharno 1993:1).
Untuk memperoleh prestasi yang maksimal dalam olahraga memerlukan latihan yang intensitas dan frekuensinya banyak. Latihan juga dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsdional fisik dan daya tahan latihan dalam bidang olahraga. Tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan olahraga (Dwijowinoto, 1993:317).
Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993:1) bahwa tujuan utama dari pelatihan olagraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Prestasi tinggi akan dapat dicapai apabila keempat aspek, yaitu: aspek-aspek fisik, teknik, taktik, dan mental dikembangkan setinggi mungkin.
Untuk mencapai peningkatan kemampuan dalam kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental diperlukan proses dan waktu yang relatif lama. Program latihan perlu disusun dengan prinsip-prinsip latihan, menurut Bompa (1994:29) prinsip-prinsip program latihan fisik adalah sebagai berikut:
Prinsip beban bertambah (over load), prinsip spesialisasi (specialitation), prinsip perorangan (individualization), prinsdip variasi (variety), prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal (recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari beban latihan berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of training), prinsip aktif dalam latihan dan prinsip proses latihan menggunakan model.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip latihan adalah suatu usaha sadar yang harus dilakukan atlet untuk mencapai prestasi maksdimal yang dilakukan berulang-ulang, terarah kian hari jumlahnya semakin meningkat dengan proses yang sistematis.
Sementara itu, pengertian dari prinsip-prinsip latihan yang telah disebutkan di atas. Maka Menurut Bompa (1994:29-48) adalah sebagai berikut:
- Prinsip Beban Lebih (Over Load)
Pemberian beban latihan harus melebihi kebiasaan sehari-hari secara teratur. Hal ini bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan tinggi. Latihan yang baik harus mengakibatkan penekanan fisik dapat ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang lebih dari batas kemampuan si atlet (Suharno, 1985:13).
Stress fisik akan menimbulkan kelemahan anatomis, fisiologis dan organisme atlet terhadap kelelahan akibat beban latihan tersebut, seterusnya atlet akan mengalami kenaikan kemampuan (superkompensasi). Stress terus menerus yang diberikan pelatih tanpa istirahat akan menimbulkan penurunan prestasi bagi atlet.
- Prinsip Spesialisasi
Spesialisasi menunjukkan unsur penting yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam olahraga. Spesialisasi bukan proses unilateral tetapi satu yang kompleks yang didasarkan pada suatu landasan kerja yang solid dari perkembangan multilareral. Prinsip spesialisasi harus disesuaikan pengertian dan penggunaanya untuk latihan anak-anak yunior di mana perkembangan multilateral harus berdasarkan perkembangan khusus.
Menurut Bompa (1994:32) Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Dalam mengatur program latihan yang paling menguntungkan harus mengembangkan kemampuan fisiologis khusus yang diperlukan untuk melakukan keterampilan olahraga atau kegiatan tertentu yang akan dilakukan.
- Prinsip Individual
Latihan harus memperhatikan dan memperlakukan atlet sesuai dengan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar
Individualisasi dalam latihan adalah satu kebutuhan yang penting dalam masa latihan dan itu menunjukkan pada pemikiran untuk setiap atlet, mengabaikan tingkat prestasi diperlukan secara individual sesuai kemampuan dan potensinya, karakteristik belajar dan kekhususan cabang olahraga.
- Prinsip Variasi
Latihan harus bervariasi dengan tujuan mengatasi sesuatu yang monoton dan membosankan saat latihan. Atlet harus memiliki disiplin latihan, tetapi mungkin lebih penting untuk memelihara motivasi dan perhatian dengan memvariasi latihan fisik dan latihan secara rutin. Masa latihan adalah suatu aktivitas yang sangat memerlukan beberapa jam kerja atlet. Volume dan intensitas latihan secara terus menerus meningkat dan latihan diulang-ulang banyak sekali.
Dalam upaya mengatasi monoton dan kebosanan dalam latihan, seseorang pelatih perlu kreatif dengan memiliki pengetahuan dan sumber latihan yang banyak yang memungkinkan dapat merubah secara periodik. Keterampilan dan latihan dapat diperkaya dengan mengadopsi pola gerakan teknik yang sama, atau dapat mengembangkan kemampuan gerak yang diperlukan dengan olahraga.
- Prinsip Menambah Beban Latihan secara Progresif
Pemberian beban latihan harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan terus-menerus sehingga mencapai beban maksimum. Program latihan harus direncanakan, beban ditingkatkan secara pelan bertahap, yang akan menjamin memperoleh adaptasi secara benar.
Prinsip beban bertambah secara pelan-pelan menjadi dasar rencana latihan olahraga, dari siklus mikro olimpiade, dan akan diikuti oleh semua atlet yang mengabaikan tingkat kemampuannya. Beban ditambah pelan-pelan pada tiga siklus mikro pertama dengan menguragi atau tahap tanpa beban, memungkinkan atlet dibentuk.
- Prinsip Partisipasi Aktif dalam Latihan
Atlet yang melakukan latihan haruslah tetap berlatih diluar jam latihan wajib meskipun tanpa pengawasan dari pelatih. Kesungguhan dan aktif ikut serta dalam latihan akan dimaksimalkan jika pelatih secara periodik, ajeg mendsiskusikan kemajuan atletnya dengannya. Pengertian ini atlet akan menghubungkan keterangan obyektif dari pelatih dengan prakiraan subyektif kemampuannya.
Partisipasi aktif tidak terbatas hanya pada latihan. Seseorang atlet akan melakukan kegiatannya meskipun tidak dibawah dan perhatian pelatih. Selama waktu bebas atlet dapat melakukan pekerjaaan dalam aktifitas sosial yang memberikan kepuasan dan ketenangan, tetapi dia tentu harus istirahat yang cukup.
- Prinsip Perkembangan Multilateral
Perkembangan multilateral lambat laun saling bergantung antara seluruh organ dan sistem manusia, serta antara proses fisiologis dan psikologis. Kebutuhan perkembangan multilateral muncul untuk diterima sebagai kebutuhan dalam banyak lapangan pendidikan dan usaha manusia.
Prinsip multilateral akan digunakan pada latihan anak-anak yunior. Tetapi, perkembangan multilateral secara tidak langsung atlet akan menghabiskan semua waktu latihannya hanya untuk program tersebut.
- Prinsip Pulih Asal
Beban latihan yang telah diberikan telah banyak mengeluarkan energi tubuh untuk itu diperlukan pemulihan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti semula.
- Prinsip Reversibilitas
Beban latihan yang diberikan pada saat latihan harus dikurangi secara perlahan-lahan pada saat akhir latihan. Oleh sebab itu latihan harus berkesinambungan untuk memelihara kondisi.
10. Prinsip Menghindari Kelebihan Beban Latihan (Over Training)
Program latihan yang dijalani tidak akan mencapai hasil jika atlet mengalami kelelahan, untuk itu harus menghindari kelebihan beban latihan. Penyebab terjadinya overtraining antara lain: a) diberikan beban latihan over-loads secara terus menerus tanpa memperhatikan interval, b) diberikan latihan intensif secara mendadak setelah lama tidak berlatih, c) proporsi latihan dari ekstensif ke intensif tidak cepat, d) beban latihan diberikan dengan beban melompat.
11. Prinsip Latihan Menggunakan Model
Latihan yang dilakukan didesain sedemikian rupa seakan-akan seperti pada kenyataan yang akan terjadi di lapangan pertandingan. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun dalam keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan konkrit, itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang dapat diperoleh.
Melalui latihan model pelatih berusaha memimpin dan mengorganisasi waktu latihannya dalam cara yang obyektif, metode dan isi yang sama dengan situasi pertandingan
- G. BEBAN LATIHAN
Menurut Suharno (1993:1) Beban latihan adalah suatu bentuk rangsangan motorik yang dapat dikontrol oleh pelatih untuk meningkatkan kualitas atlet dalam rangka mencapai prestasi maksimal. Ada dua macam beban latihan yang harus dibedakan pengertiannya menurut Suharno (1993:29) adalah: (1) Beban Luar (outer load): volume, intensitas, recovery, frekuensi, rythme, (2) Beban Dalam (inner load)
- Beban Luar (Outer Load)
Beban luar adalah rangsangan motorik yang dapat diatur dikontrol dengan cara memvariasikan ciri beban latihan seperti volume, intensitas, recovery,frekuensi, irama dalam suatu unit program latihan.
Di bawah ini ciri-ciri beban luar (Suharno, 1993:29): (1) Volume adalah beban latihan yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total waktu latihan, beban berat yang diangkat, jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit sebagai ukuran rangsangan motorik dalam suatu unit latihan. Begitu juga menurut Suharto (1997:97) menyatakan bahwa pada dasarnya volume latihan meliputi unsur-unsur: waktu atau lama latihan, jarak tempuh atau berat beban, jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu. Dan unsur tersebut mencerminkan kwantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan. (2) Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan komponen kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Dan intensitas latihan dapat dikalisfikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1) super maksimal 101% – ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi terbaik, (3) sub maksimal 80% – 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% – 70% dari prestasi terbaik, (5)low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik. Cara menghitung intensitas dengan MR (maximum repeatation), MR push-up atlet dapat dihitung misalnya: mampu 30 kali, ini berarti intensitas maksimal untuk atlet tersebut 30 kali/100%. Bila pelatih menginginkan intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu giliran latihan push-up ditemukan 80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk menghitung denyut nadi yaitu pertama dihitung DNM (denyut nadi maksimal) dengan rumus: 220 – umur. Kemudian tentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM dan umur atlet 20 tahun, maka 80% x (220 – 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal).
(3) Recovery adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu dengan elemen bahan latihan elemen berikutnya. Kepekatan rangsangan densitas tergantung lama dan pendeknya waktu recovery, (4) Frekuensi adalah ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali dalam satu giliran, sedang frekuensi rendah artinya ulangan gerak sedikit dalam satu giliran. Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan perhari atau berapa hari latihan perminggunya, (5) Rythme adalah sifat irama latihan yang berhubungan dengan tinggi rendahnya tempo dan berat ringannya suatu latihan dalam satu unit latihan maupun mingguan, bulanan dan tahunan.
- Beban Dalam (Inner Load)
Beban dalam adalah perubahan fisiologis organisme atlet akibat pengaruh latihan beban luar yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi (Suharno, 1985:16). Beban dalam dikatakan maksimal apabila denyut nadi atlet setelah melakukan satu unit latihan meningkat (Suharno, 1993:23)
Beban dalam mempunyai dampak perubahan fungsional organisme atlet meliputi: (1) susunan anatomis/struktur tubuh yang dimaksud disini adalah latihan dapat menambah jumlah serabut otot, yaitu yang melalui proses pemecahan serabut pada waktu latihan dan terjadi pembesaran otot yang disebabkan karena bertambah luasnya serabut otot (Sajoto 1988:111) . Begitu juga dengan Suharto (1997:72) menyatakan bahwa perubahan massa otot bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena pertambahan dari anak serabut otot yang membesar akibat latihan, (2) fungsi fisiologis organisme, (sistem peredaran darah, pernafasan dan metabolisme) yang dimaksud disini yaitu pada secara reflek akan terjadi perubahan pengaliran darah, seperti timbulnya kenaikan volume darah tiap menit dan bertambahnya jumlah darah yang mengalir keotot-otot yang lebih aktif, sementara terjadi penurunan aliran kearah jaringan-jaringan yang kurang aktif. Namun aliran darah ke daerah-daerah rawan seperti kearah otak dan jantung akan tetap atau meningkat sedangkan tekanan darah dalam arteri secara sistematik dan pemenuhan kebutuhan dalam jaringan dalam tubuh, diperlukan koordinasi dalam jantung guna memompa darah keseluruh tubuh secara optimal. Proses ini dikerjakan secara serentak oleh syaraf, mekanika biologis dan hormon-hormon yang dengan teratur mempertahankan homeostatis tubuh pada waktu istirahat maupun latihan (Sajoto, 1988:193). Dan untuk denyut jantung seorang yang normal rata-rata antara 60-80 kali tiap menit, sedang utuk orang yang terlatih atau atlet denyut jantung mereka waktu istirahat dapat mencapai tingkat yang paling rendah yaitu antara 28-40 (Sajoto, 1988:196). Untuk aliran darah pada saat istirahat hanya 15%-20% darah dari seluruh volume tiap menit, yang dialirkan keotot, sementara pada waktu latihan yang cukup melelahkan, otot akan menerima 80%-85% dari seluruh volume tiap menit, (4) susunan biokimia dalam otot lebih baik, (5) psikologis yang dimaksud disini yaitu bahwa psikologis juga berpengaruh lebih baik terutama menigkatnya kemampuan menerima tekanan (strees), daya konsentrasi, perhatian dan mengatasi masalah yang merupakan tantangan bagi atlet..
Setelah memahami ciri beban luar dan beban dalam maka para pelatih harus membuat dan memberikan latihan pada atletnya sesuai dengan berat ringannya beban latihan yang dikehendaki. Apabila seorang pelatih ingin membuat program latihan fisik dan ingin memperberat volume atau meningkatkan intensitas, memperpendek waktu recovery, menambah frekuensi dan rythme, maka seorang pelatih harus memperhatikan bahan-bahan beban luar latihan di atas.
- H. METODE LATIHAN FISIK
Metode latihan menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:142) adalah suatu cara tertentu, system bekerja seseorang pelatih atau olahragawan sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuannya yang cukup. Namun metode bukan suatu bentuk mengajar, karena suatu metode melayani ketentuan pengorganisasian dari suatu kegiatan.
Berikut ini akan dibahas beberapa metode dalam latihan fisik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik para atlet. Metode-metode latihan fisik tersebut diantaranya yaitu: (1) Metode latihan sirkuit (circuit training) adalah suatu sistem latihan yang selain menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik, juga memperbaiki secara serempak kesegaran jasmani daripada tubuh, kekuatan otot, daya tahan, kecepatan dan fleksibelitas (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:110), (2) Metode latihan beban(weight training) adalah latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk mencapai tujuan tertentu (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:109). Menurut Bompa (dalam Budiwanto, 2004:71) Weight training adalah program latihan kekuatan menggunakan tahanan yang diberikan oleh beban seperti barbel dan dumbell, (3) Latihan Interval (Interval Training) adalah suatu system latihan yang berganti-ganti melakukan dengan giat (interval kerja) teratur dan berulang-ulang dengan periode kegiatan dengan intensitas rendah (periode sela) dalam setiap latihan (Kent dalam Budiwanto, 2004:74). Latihan interval adalah latihan kondisi yang sangat dianjurkan oleh semua pelatih terkenal karena dalam mengembangkan daya tahan dan stamina atlet hasilnya sangat positif (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:106), (4) Metode latihan lari bermain-main kecepatan (speed play atau fartlek) adalah suatu system latihan daya tahan untuk membangun, mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seorang atlet (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:105). Menurut Suharno (1993:2) menyatakan bahwa speed play atau fartlek adalah suatu system latihan daya tahan yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh seseorang. (5) Metode latihan naik turun bangku(bench stepping), Pada latihan naik turun bangku ini merupakan latihan fisik yang sederhana dimana didalam melakukan latihannya menggunakan kotak, bangku atau sejenisnya menurut Hawkey (dalam Budiwanto, 2004:76), (6) Metode latihan aerobik adalah kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran O2. Aerobic tidak berkaitan dengan dengan usaha peningkatan kekuatan, tenaga, kelenturan, kelincahan atau kecepatan gerakan tubuh yang sangat dibutuhkan dalam atletik, tetapi aerobic berbicara tentang tenagaaerobic yang diperlukan untuk ketahanan fisik. Tenaga aerobic adalah kemampuan tubuh untuk memanfaatkan oksigen dan disepakati sebagai cara terbaik untuk mengukur kondisi kardiovaskuler (Baley, 1986:159), (7) Metode latihan anaerobic, pada latihan ini dijelaskan bahwa pada suatu waktu kerja dengan intensitas dan kecepatan tinggi dalam waktu yang pendek memerlukan energi segera, yang tidak diperoleh secara cepat dari sumber aerobic. Keadaan seperti ini ada proses lain yang disebut metabolisme anaerobic. Anaerobicberarti tanpa oksigen, sehingga energi anaerobic dikeluarkan jika masukan oksigen tidak cukup Getchell (dalam Budiwanto, 2004:82)
Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa metode Latihan Fisik yaitu: (1) Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training), (2) Metode Latihan Beban (Weight Training), (3) Latihan Interval (Interval Training), (4) Metode Latihan Lari Bermain-main Kecepatan (Speed Play atau Fartlek), (5) Metode Latihan Naik Turun Bangku (Bench Stepping), (6) Metode Latihan Aerobic, (7) Metode Latihan Anaerobic.
Setelah memahami metode latihan fisik maka seorang pelatih dalam membuat program latihan fisik dan memberikan latihan fisik pada atletnya harus mengacu pada beberapa metode latihan fisik seperti yang telah dijelaskan diatas
- I. PENJELASAN TENTANG LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN V02
. Menurut Hadisasmita dan Syarifudin (1996:129) mempersiapkan komponen kondisi fisik umum seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan lain-lain seharusnya dilakukan latihan dalam waktu yang cukup lama, persiapan tersebut dapat berlangsung selama 2-3 bulan. Peningkatan VO2 maks tidak bisa dilakukan tanpa adanya suatu program atau pola latihan yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan fisik. Peningkatan VO2 maks juga tidak bisa dilakukan dengan hanya beberapa latihan tetapi harus secara terus menerus dan berlanjut yang sesuai dengan program yang dilaksanakan, agar VO2 maks atau kondisi fisik tetap terjaga dengan baik. Lebih lanjut Mc Ardle (2001:477) mengatakan bahwa VO2maks dapat meningkat kira-kira 15-25 % lebih pada latihan intensif selama 3 bulan pertama dan mungkin akan meningkat mencapai 50 % lebih dalam waktu 2 tahun.
Menurut Soekarman (1987:58) ada beberapa pendapat mengenai latihan untuk meningkatkan VO2 maks:
(1) Sebaiknya mengerjakan latihan erobik karena dengan latihan erobik sudah ada pembebanan yang meningkatkan kerja jantung maupun paru, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2 maks harus dikerjakan latihan anerobik, karena dengan latihan anerobik dapat diberikan beban maksimum pada sistem jantung dan paru. (2) Sebetulnya beban untuk meningkatkan VO2 maks tidak perlu maksimal, dengan sub maksimal sudah dapat meningkatkan, tetapi beban sub maksimal sebagian besar sudah merupakan peristiwa anerobik. Jadi sebaiknya untuk meningkatkan VO2 maks dilakukan latihan anerobik dengan inyerval istirahat. (3) Untuk ketahanan erobik selain dibutuhkan kemampuan jantung dan paru untuk mengangkut oksigen yang banyak, maka kemampuan sel untuk menggunakan oksigen juga lebih tinggi. Apabila kita berlari 20 km, maka energi yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi dengan pembakaran karbohidrat saja, tetapi harus membakar lemak. Persediaan lemak dalam otot hanya dapat ditingkatkan dengan latihan erobik yaitu denagn beban ringan untuk jangka waktu yang lama.
Olahraga sepakbola adalah olahraga yang bersifat anerobik, akan tetapi dalam olahraga sepakbola juga harus didukung oleh latihan yang bersifat erobik. Ekblom (dalam Dwijoyowinoto, 1993:256) mengatakan bahwa keadaan latihan, kebiasaan kegiatan dan latar belakang latihan olahragawan dapat mempengaruhi nilai VO2 maks. Sedangkan Dwiyogo dan Sulistyorini (19991:60) menyatakan:
Latihan dan proses erobik yang lama akan memberikan perbaikan-perbaikan pada jantung dan peredaran darah. Jantung akan lebih kuat dan mampu memompa lebih banyak darah. Hal tersebut menyebabkan pengangkutan oksigen yang diambil di dalam paru-paru dan dikirim ke seluruh serta pembuangan sisa metabolisme menjadi lebih efisien.
Aktivitas fisik yang teratur dapat menyebabkan badan menjadi lebih tahan pada tuntutan latihan. Selama latihan, otot-otot kaki menghendaki energi agar segera diisi lagi. “Kenaikan kebutuhan energi memberi penekanan pada kemampuan badan untuk menyediakan oksigen dan bahan bakar yang diperlukan otot” (Sumosardjuno, 1994:3).
Tujuan latihan peningkatan kondisi fisik adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan, kelentukan, kelincahan dan kecepatan. Menurut Soekarman (1986:82) “komponen-komponen ini berhubungan dengan struktur dan faal dalam tubuh, oleh karena itu latihan-latihan yang dikerjakan terutama untuk otot serta ketahanan jantung dan paru, maka dengan sendirinya yang terlihat adalah perubahan-perubahan dalam kedua alat tersebut”. Sedangkan Thompson dan Mc Ghee (dalam Strauss,1984:4) mengatakan bahwa hasil fisiologis yang utama dari program latihan daya tahan adalah peningkatan dalam latihan atau VO2 maks.
Latihan daya tahan juga dapat merubah faktor-faktor penting lainnya, seperti perubahan pada komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada penyesuain terhadap panas, perubahan pada jaringan ikat, perubahan pada otot dan serabut-serabut otot. Menurut Cooper (dalam Wahyu, 2005:35) pengaruh latihan dapat meningkatkan VO2 maks dan dapat dicapai dengan cara meningkatkan efisiensi kerja semua sarana penyedia serta penyalur oksigen. Pengaruh yang lebih luas lagi menurut Arnheim (1995:64) bahwa latihan daya tahan bukan hanya penting untuk memperbaiki VO2 maks dan menurunkan tekanan darah tapi hal tersebut juga merupakn faktor kunci dalam pencegahan cedera.
Program latihan peningkatan kondisi fisik atau VO2 maks memerlukan persiapan fisik dan perancangan program yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip program latihan kesegaran jasmani. Menurut Djidie (1997:77) program dan aplikasi pelatihan fisik harus dirancang pengembanganya melalui tahapan sebagai berikut:
(1) Persiapan fisik umum, bertujuan meningkatkan kemampuan kerja organ-organ tubuh , sehingga memudahkan upaya-upaya peningkatan komponen pelatihan pada tahap berikutnya, (2) Persiapa fisik khusus, bertujuan meningkatkan kemampuan fisik pada taraf lebih tinggi atau baik menjelang pertandingan, (3) Peningkatan kemampuan gerak motorik khusus. Pada fase ini pelatihan bertujuan memahirkan gerakan-gerakan utuh, sesuai dengan kebutuhan gerak atau penampilan dalam olahraga itu, khususnya menghadapi pertandingan.
Menurut Ramana (dalam Wahyu, 2005:49) adaptasi dari latihan berperan dalam perubahan yang nyata pada kapasitas oksigen maksimal, jadi program latihan peningkatan VO2 maks harus berlangsung cukup lama dan sesuai dengan perencanaa dan metode yang benar. Harsono (dalam Harsuki dan Elias 2003:308) mengatakan, akibat dari perencanaan yang matang itu ialah bahwadegree of training (derajat latihan) dan kualitas latihan akan naik sehingga akan dapat meningkatkan kapasitas kerja serta penampilan.
Dalam menyusun suatu program latihan penigkatan kondisi fisik hendaknya memperhatikan beberapa prinsip latihan fisik antara lain:
- Prinsip Dasar Latihan
Menurut Pussegjasrek (1994:56) prinsip-prinsip dasar latihan antara lain; “(a)prinsip beban berlebih, (b) prinsip tahanan tambahan, (c) prinsip latihan beraturan, (d) prinsip spesifik, (e) prinsip individu”.
- Macam atau Jenis Latihan Fisik
Bentuk latihan fisik yang baik menurut Pussegjasrek (1994:57) antara lain; (1) gerakan-gerakanya melibatkan otot-otot besar tubuh, (2) harus dapat memperlancar peredaran darah ke jantung secara efektif, (3) waktu yang digunakan produktif (efektif dan efisien).
- Intensitas Latihan Fisik atau Olahraga
Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi seorang olahragawan dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.
- Lama Latihan
Wilmore dan Costill (dalam Sajoto, 1988:210) menyatakan bahwa lama latihan yaitu antara 12-16 minggu untuk tujuan endurance, sedangkan antara 8-10 minggu untuk tujuan anerobik.
- Frekuensi Latihan
Menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:70) frekuensi latihan diartikan sebagai jumlah latihan yang dilakukan setiap minggunya. Sedangkan menurut Pussegjasrek (1994:59) untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik, maka latihan hendaknya dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu agar mendapatkan efek latihan yang diharapkan. Apabila latihannya kurang dari 2 kali seminggu maka akan kurang mendapatkan efek latihan yang diharapkan.
- J. LATIHAN FISIK UNTUK MENINGKATKAN VO2
Bentuk latihan fisik yang baik menurut Pussegjasrek (1994:57) antara lain; (1) gerakan-gerakanya melibatkan otot-otot besar tubuh, (2) harus dapat memperlancar peredaran darah ke jantung secara efektif, (3) waktu yang digunakan produktif (efektif dan efisien). Sedangkan menurut Harre (dalam Mutohir, 1999:67) bahwa latihan pada umumnya dikategorikan dalam tiga bentuk:
(1) Latihan kompetisi (competitive exercise): latihan kompetisi merupakan bentuk latihan yang urutan gerak dan tipe karakteristik geraknya menyerupai tuntutan suatu kompetisi khusus suatu event cabang olahraga yang merupakan spesialisasi atlet yang bersangkutan. (2) latihan khusus (special exercise): latihan khusus ini terdiri dari dua bentuk; bentuk yang pertama hamper sama urutan geraknya dengan latihan kompetisi tetapi karakteristik pembebanannya berbeda dan latihannya mencakup elemen-elemen atau kombinasi elemen dari latihan kompetisi; dan bentuk latihan khusus yang kedua, terdiri dari latihan yang mengandung gerak-gerak bagian dari seluruh rangkaian gerak. (3) latihan umum (general exercise); latihan umum diambil dari latihan olahraga tertentu atau senam yang tidak berisi elemen-elemen gerka kompetisi dan dilakukan tanpa menggunakan peralaten senam.
- 1. Intensitas Latihan Fisik atau Olahraga
Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar/tingkatan pengeluaran energi seorang olahragawan dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Suharno (dalam Budiwanto, 2005:13) menjelaskan bahwa:
Beban latihan (loading) adalah bentuk latihan jasmani yang menimbulkan rangsangan fisik dan mental atlet untuk dilawan selama aktivitas berlatih dalam mencapai prestasi olahraga. Beban latihan dibedakan menjadi dua yaitu beban latihan luar dan dalam. Beban luar adalah volume, intensitas, frekuensi, durasi dan irama. Beban dalam adalah suatu beban latihan yang mempengaruhi fisiologi dan psikologi atlet.
Menurut Suharto (1997:98) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan komponen kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Dan intensitas latihan dapat diklasifikasikan tinggi rendahnya berdasarkan beberapa indikator, antara lain: 1) berdasarkan persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan dalam latihan, 2) berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Skala intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan sebagai berikut (Suharno, 1993:22): (1) super maksimal 101% – ke atas dari prestasi terbaik, (2) maksimal 100% dari prestasi terbaik, (3) sub maksimal 80% – 99% dari prestasi terbaik, (4) medium 60% – 70% dari prestasi terbaik, (5) low (rendah) 59% ke bawah dari prestasi terbaik.
Cara menghitung intensitas dengan maximum repeatation (MR), MR push-upindividu dapat dihitung misalnya: mampu 30 kali, ini berarti intensitas maksimal untuk individu tersebut 30 kali/100%. Bila menginginkan intensitas sub-maksimal dalam latihan, berarti dalam satu giliran latihan push-up ditemukan 80% x 30 kali (MR) = 24 kali. Sedangkan untuk menghitung denyut nadi yaitu pertama dihitung denyut nadi maksimal (DNM) dengan rumus: 220 – umur. Kemudian tentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80% dari DNM dan umur atlet 20 tahun, maka 80% x (220 – 20) = 160 kali/menit (intensitas sub maksimal).
- 2. Lama Latihan
Wilmore dan Costill (dalam Sajoto, 1988:210) menyatakan bahwa lama latihan yaitu antara 12-16 minggu untuk tujuan endurance, sedangkan antara 8-10 minggu untuk tujuan anerobik. Sedangkan menurut Pussegjasrek (1994:59) bahwa latihan fisik pada intensitas yang lebih besar maka waktu yang dibutuhkannya lebih pendek, dan jika intensitas latihan fisik lebih kecil maka waktu latihan yang dibutuhkan lebih lama, agar menghasilkan latihan dan tingkat kesegaran jasmain yang lebih baik”.
- 3. Frekuensi Latihan
Menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:70) frekuensi latihan diartikan sebagai jumlah latihan yang dilakukan setiap minggunya. Untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik, maka latihan hendaknya dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu agar mendapatkan efek latihan yang diharapkan. Apabila latihannya kurang dari 2 kali seminggu maka akan kurang mendapatkan efek latihan yang diharapkan.
- K. Pengaruh latihan kebugaran jasmani terhadap sepak bola
- L. Karakteristik Esktrakulikuler
Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Keterbatasan waktu berolahraga yang dilakukan secara formal sangat menghambat tercapainya pembinaan secara maksimal untuk perkembangan dan pertumbuhan siswa. Oleh karena itu sering sekali atau pun wajib diadakan kegiatan di luar jam sekolah untuk memaksimalkan kegiatan bagi siswa yang mengikutinya walaupun kegiatan tersebut tidak formal. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan di luar sekolah maka siswa dapat menyalurkan, memaksimalkan dan mengembangkan kemampuan beserta bakatnya yang terpendam di dalam dirinya masing-masing. Melalui ekstrakurikuler siswa dapat benar-benar menjadi manusia yang intensif. Siswa dapat belajar untuk menghormati keberhasilan orang lain, bersikap sportif, berjuang untuk mencapai prestasi secara jujur dan lain-lain.
Ekstrakurikuler adalah suatu program yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan, di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah ditentukan dalam jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah (Sarifudin, 1982:33). Sahertian (1987:83) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Menurut Ahmadi (1984:105) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub-klub, misalnya: olahraga, kesenian, ekspresi dan lain-lain. Dwiyogo (2007:55) menyatakan kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) dengan maksud untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Sarifudin (1982:33) bahwa “program ekstrakurikuler dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan, di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah ditentukan dalam jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah”. Selain itu ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar sebagai berikut:
(1) Membina minat dan bakat siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan mengembangkan minat yang ada pada siswa serta memupuk bakat yang dimiliki siswa, (2) Sebagai wadah di sekolah. Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis siswa telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar anggota dan sekaligus dapat belajar vdalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan ekstrakurikuler, (3) Pencapaian prestasi yang optimal. Beberapa cabang ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (http://ekskulabsky.multiply.com)
Selain itu tujuan lain dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Menumbuh kembangkan pribadi peserta didik yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah tanggung jawab sekolah (http://nisanurdini.blogspot.com).
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan, untuk memperluas pengetahuan, untuk menyalurkan bakat dan minat dan untuk melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi dari pihak lain seperti: prasarana, orang tua, guru, teman, dan masyarakat.
Ciri-ciri Kegiatan Ekstrakurikuler
Sarifudin (1982:45) menyebutkan ciri-ciri kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:
(a) Merupakan bentuk kegiatan yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan kurikulum sekolah, artinya mempunyai pengaruh terhadap pencapaian tujuan kurikulum, (b) Diberikan di luar jam pelajaran dan diawasi oleh guru yang bertanggung jawab tentang bidang pelajaran tersebut, (c) Mempunyai subyek yang sama atau sasaran yang sama, yaitu anak didik. Melalui ekstrakurikuler dibina satu kesatuan individu yang utuh fisik dan psikis, (d) Ekstrakurikuler pelaksanaannya berbeda dalam cara dan sifat pelaksanaan dari kurikuler, (e) Ekstrakurikuler dapat berupa olahraga, kesenian, pramuka, darmawisata, dan rekreasi, dan beberapa macam kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses dan keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Sarifudin di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai ciri-ciri sebagi berikut: (1) diselenggarakan di luar pembelajaran formal, (2) diberikan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa, (3) diberikan untuk upaya pembinaan manusia seutuhnya.
- M. KARAKTERISTIK SEPAK BOLA
Sepakbola dan Karakteristiknya
Di manapun, kapanpun, dan apapun bentuk sepakbola? Olahraga ini adalah salah satu olahraga yang paling digemari diseluruh dunia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, mulai dari pelosok-pelosok desa sampai kota-kota besar, semuanya melakukan permainan sepakbola. Pada mulanya sepakbola merupakan olahraga untuk sekedar hobi tapi lambat laun sepakbola menjelma sebagai olahraga yang bisa mendatangkan uang atau dengan kata lain sepakbola merupakan suatu pekerjaan.
Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing regu sebelas pemain termasuk seorang penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya menggunakan kemahiran kaki, kecuali seorang penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota badan apapun (Abdoellah, 1981:409).
Menurut Luxbacher (1998:2) menyatakan bahwa sepakbola adalah suatu pertandingan yang dimainkan 2 tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain, dengan waktu 2×45 menit. Sedangkan menurut Batty (2004:8) sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh individu-individu untuk menyebar luaskan gagasan dari pelatih agar sepakbola menjadi permainan yang lebih baik dan menyerang dalam kerangka suatu kerjasama beregu.
Sepakbola merupakan permainan beregu yang dimainkan tiap regu terdiri dari 11 pemain termasuk penjaga gawang. Permainan ini dimainkan di lapangan berumput dengan ukuran panjangnya 100-110 meter dan lebarnya 64-75 meter yang mana lamanya permainan sepakbola ini adalah 2×45 menit dengan dipimpin oleh 1 orang wasit dan 2 orang asisten wasit. Tujuan dari sepakbola ini adalah memasukkan bola ke gawang lawan dan berusaha mempertahankan gawangnya agar tidak kemasukan. Kendati demikian sepakbola mempunyai banyak aspek atau bagian yang masing-masing perlu diperhatikan, seperti: teknik, fisik, taktik, dan strategi. Untuk itu sebagai seorang pemain sepakbola hendaklah memiliki keempat hal yang tersebut diatas terutama teknik dan fisik yang merupakan teknik dasar dalam bermain sepakbola.
Menurut Hariyoko dan Mahmud (1991:3) teknik-teknik dasar dalam permainan sepakbola adalah: (1) teknik menendang bola, (2) teknik menerima bola, (3) teknik menggiring bola, (4) teknik menyundul bola, (5) teknik merampas bola, (6) teknik melempar bola, (7) teknik gerak tipu dengan bola, dan (8) teknik penjaga bola. Selain menguasai teknik-teknik dasar bermain sepakbola yang tersebut diatas masih ada faktor-faktor lain yang dapat menunjang seorang pemain sepakbola untuk berprestasi. Faktor-faktor itu antara lain: daya tahan, kekuatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan, dan kelentukan. Dan semua ini dapat diperoleh dengan latihan konsdisi fisik dengan terus menerus tanpa merasa bosan. Karena seorang pemain sepakbola yang telah memiliki teknik individu yang baik dan ditunjang oleh stamina yang prima, maka taktik dan strategi yang diintruksikan oleh pelatih akan mudah dijalankan.
Tidak kita pungkiri bahwa seorang pemain sepakbola yang memiliki skill individu yang baik tidak akan berarti apa-apa bila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang prima. Menurut Devaney (1988:70) satu unsur dalam sepakbola yang tidak pernah berubah dari masa ke masa adalah stamina. Dan stamina merupakan unsur utama dalam permainan sepakbola pemain harus mempersiapkan diri untuk mengalami kelelahan fisik. Ditambahkan pula oleh Devaney (1988:71) di dalam permainan sepakbola anda harus menggiring bola, anda membungkuk, berputar, berhenti, berlari, berbelok ke kiri, berbelok ke kanan, berputar ke mana saja untuk menghindari lawan, dan semua itu harus membutuhkan stamina dan kondisi fisik yang prima.
Permainan sepakbola merupakan olahraga yang membutuhkan waktu yang lama, untuk itu dalam permainan sepakbola menggunakan sistem energi aerobik. Akan tetapi dalam permainan sepakbola sewaktu-waktu juga membutuhkan kecepatan, seperti: lari sprint, berbalik badan dan menangkap atau menghalau bola untuk penjaga gawang. Dan olahraga yang membutuhkan kecepatan membutuhkan sistem energi anaerobik.
Bila dilihat dari urain di atas, olahraga sepakbola memerlukan dua sistem energi yaitu aerobik dan anaerobik. Untuk itu dalam melatih kondisi fisik pelatih juga harus memperhatikan kedua sistem energi tersebut dalam menyusun program latihan, sehingga seorang pemain akan memiliki daya tahan dan kecepatan secara seimbang. Dengan demikian peran latihan fisik didalam permainan sepakbola sangat menunjang bagi pemain untuk berprestasi baik di level lokal maupun internasional.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
Dalam metode pengembangan akan diuraikan tentang model pengembangan, prosedur pengembangan, uji coba produk, subjek uji coba,jenis data,intrumen penelitian, dan tehnik analisis data.
A.Model Pengembangan
Dalam penerapan Program latihan kebugaran jasmani ini peneliti menggunakan pengembangan milik Borg dan Gall (1983:775) yang terdiri dari:
1).Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas, persiapan laporan tentang pokok persoalan, 2). Melakukan perencanaan (pendefinisian keterampilan, perumusan tujuan,penentuan urutan pengajaran,dan uji coba skala kecil. 3). Mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran, penyusunan buku pegangan,dan perlengkapan evaluasi). 4). Menggunakan uji lapangan permulaan menggunakan 16 – 12 subjek). 5 ). Melakukan revisi terhadap produk utama ( sesuai dengan saran – saran dari hasil uji lapangan permulaan) (6) Melakukan uji lapangan utama. (7) Melakukan revisi produk ( berdasarkan saran – saran dan uji coba lapangan utama) (8) Uji lapangan meliputi (9) Revisi Produk Akhir.
Dari berbagai macam – macam langkah pengembangan yang dikemukakan oleh borg dan Gall yang sebagian di modifikasi oleh peneliti, dengan pertimbangan kebutuhan untuk menghasilkan produk pembuatan program Latihan Kebugaran jasmani di ekstrakulikuler sepak bola di MAN tlogo blitar Kabupaten Blitar.
Adapun langkah – langkah yang akan dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.Melakukan penelitian dan pengumpulan data informasi termasuk kajian pustaka dan analisis kebutuhan.
2. Mengembangkan Produk Awal ( berupa penerapan formasi pertahanan)
3. Evaluasi dari para ahli dengan kualifikasi yaitu, 1 kepelatihan di bidang sepak bola,ahli tehnik dalam program latihan sepak bola, serta uji coba kelompok kecil, serta menggunakan tehnik wawancara, kusioner, lalu dikumpulkan dan analisis.
4. Revisi produk Pertama, revisi produk dari peninjauan para ahli. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk awal yang dibuat peneliti.
5. uji lapangan dengan menggunakan tehnik koesioner kemudian di analisis
6. revisi Produk akhir yang dihasilkan oleh uji coba lapangan ( kelompok Besar.
7. hasil produk penerapan formasi pertahanan yang dihasilkan melalui revisi uji coba lapangan.
B. Prosedur Pengembangan
Pada pengembangan program latihan kebugaran jasmani, dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap dari prosedur ini antara lain sebagai berikut:
1.Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah – langkah yang digunakan untuk mengkaji keadaan lapangan dengan tujuan apakah produk yang dikembangkan diterima atau tidak oleh subjek. Analisis kebutuhan tersebut dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara guru pendidikan jasmani di MAN Tlogo Blitar kabupaten Blitar mengenai produk yang dikembangkan peneliti.
2.Pembuatan Produk Awal
Setelah melakukan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah membuat Produk Awal berupa pembuatan program Latihan kebugaran jasmani dalam permainan Sepak Bola. Dalam pembuatan Produk yang dikembangkan ini, peneliti membuat produk kemudian di uji cobakan kepada kelompok kecil tetapi sebelumnya dikonsultasikan dan di uji oleh para Ahli. Dalam hal ini berperan sebagai konsultan dan memberikan masukan dalam penyempurnaan Produk untuk di ujicobakan di lapangan.
3.uji coba produk
Uji coba produk ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan, saran dan penilaian terhadap produk yang dikembangkan.
4.Revisi produk pertama
Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi dari masukan beberapa ahli yaitu ahli kepelatihan sepak Bola, dan Ahli Program latihan kebugaran Jasmani sepak Bola sebagai perbaikan dari produk yang telah di ujicobakan.
5.Uji Coba Lapangan ( kelompok Besar )
Pada tahap ini dilakukan uji coba lapangan ( kelompok Besar ) terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba 22 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Kabupaten blitar.
6.Revisi Produk Akhir
Revisi produk dari hasil uji coba lapangan yang telah diujicobakan pada peserta ekstrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Kab. Blitar.
7.Hasil Akhir
Hasil Akhir Berupa Produk yang telah dihasilkan dari uji lapangan ( kelompok Besar ) sebagai bentuk penerapan program latihan kebugaran jasmani sepak bola.
C.Uji Coba Produk
Uji coba Produk ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kelayakan dari produk yang dikembangkan.
Dalam bagian ini yang harus diperhatikan yaitu: (1) rancangan uji coba (2) Subjek uji coba (3) intrumen pengumpulan data dan (4) tehnik analisi data
1.Desain uji coba
Desain uji coba dilaksanakan melalui dua tahap yaitu: (1) evaluasi tahap pertama dan evaluasi tahp kedua.
a. Evaluasi tahap pertama.
Evaluasi tahap ini terdiri dari :
1.Tinjauan Ahli
Untuk memperoleh masukan tentang rancangan penerapan Informasi program latihan kebugaran Jasmani sepak bola , maka produk ini dikembangkan ini terlebih dahulu diuji oleh para ahli.
2.Revisi produk Pertama
Hasil dari data ahli tersebut dianalisis, selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk penerapan Program latihan kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola sebelum diujicobakan untuk kelompok kecil.
3.Uji coba kelompok kecil
Uji coba kelompok kecil dilaksanakan di MAN Tlogo Kabupaten Blitar untuk siswa yang mengikuti ekstrakulikuler sepak bola dengan subjek 12 pemain, metode pengambilan subjek yaitu menggunakan prosedur yang dilakukan dalam bentuk uji coba ini adalah (1) menerapkan penerapan Program latihan kebugaran jasmani dalam permainan sepak bola kepada siswa. (2) meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan dan pendapat tentang penerapan Program latihan Kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola dengan menggunakan koesioner. Tujuan kelompok kecil ini digunakan untuk meminimalkan kesalahan yang ditemui dan mengetahui tanggapan dari produk awal yang dikembangkan.
b.Evaluasi tahap kedua
Uji lapangan atau kelompok besar dilaksanakan di MAN Tlogo Blitar, sebagai perwakilan kelompok besar selama 8 kali pertemuan. Dari kegiatan uji coba kelompok lapangan dimasudkan untuk mengetahui keefektifan perubahan yang dilakukan sebelumnya, dan dapat dimungkinkan untuk digunakan dalam lingkup yang sebenar – benarnya.
Hasil data yang diperoleh dari uji lapangan atau kelompok besar ini digunakan untuk menyempurnakan keseluruhan pengembangan program latihan kebugaran jasmani dalam kegiatan esktrakulikuler sepak bola di MAN Tlogo Blitar.
2. Subyek Uji Coba
Dalam pengembangan produk, subjek uji coba yang digunakan meliputi: untuk kelompok uji coba siswa terdapat dua kelompok uji coba yaitu: 12 pemain untuk uji coba kelompok kecil dan 22 pemain MAN Tlogo Blitar untuk uji coba kelompok besar. Kriteria bagi ahli sepak bola dan ahli dalam program latihan kebugaran jasmani mempunyai sertifikasi kepelatihan sepak bola, dan sebagai pelatih sepak bola. Kriteria pemilihan siswa sebagai sebyek pengembangan 12 orang siswa esktrakulikuler sepak bola MAN Tlogo Blitar.
3. Jenis Data
Dari data yang diperoleh dari hasil evaluasi ahli, pengembangan ini data yang digunakan adalah kuantitatif dan Kualitatif.
4.Intrumen Pengumpulan Data
Pada intrumen ini digunakan adalah pengembangan sendiri dengan mengacu pada metode atau prosedur yang sudah ditentukan. Prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan. Dengan demikian, intrumen yang dibuat untuk pengumpulan data adalah angket yang dibuat sendiri dengan mengacu pada analisis kebutuhan. Intrumen yang dibuat untuk pengumpulan data adalah tehnik kuesioner untuk para ahli dan siswa.
5.Tehnik analisis data
Pengembangan ini tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis diskriptif dengan persentase. Tehnik ini digunakan untuk analisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penyebaran angket. Rumus yang digunakan untuk menganalisis dan menggunakan rumus dari Sudjana (1990:40 )
a.Rumus untuk mengolah data per sebjek uji coba
P= X X 100%
X1
Keterangan :
P = persentase hasil evaluasi uji coba
X= Jumlah jawaban skor oleh subyek uji coba
X1 = jumlah jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji coba
100 %= Konstanta
b.Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan uji coba
P = ∑ X x 100 %
∑ Xi
Keterangan
P : Persentase hasil keseluruhan subyek uji coba
∑X : Jumlah keseluruhan jawaban subyek uji coba dalam keseluruhan aspek penilaian
∑Xi : jumlah keseluruhan maksimal subyek uji coba
100% : Kostanta
Untuk menentukan penafsiran terhadap hasil analisis persentase tingkat kemenarikan produk pengembangan digunakan klasifikasi persentase guilford ( dalam Fagih, 1996: 58 ) maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:
No | Persentase | Klasifikasi | Makna |
1. | 0-20 % | Tidak baik | Dibuang |
2. | 20, 1- 40 % | Kurang baik | Diperbaiki |
3. | 40,1- 70% | Cukup baik | Digunakan |
4. | 70, 1-90 % | Baik | Digunakan |
5. | 90, 1-100 % | Sangat baik | Digunakan |
sumber : http://has5n.wordpress.com/2011/01/05/proposal-skripsi-bab-1-2-3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar